Sabtu, 09 Oktober 2010

Gol-gol Indonesia vs Uruguay

Duo penyerang Uruguay, Edison Cavani dan Luis Suarez, berhasil mencetak hattrick.
(VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis)


VIVAnews - Timnas Indonesia menelan kekalahan saat menjamu timnas Uruguay di laga persahabatan. Sempat mengejutkan lewat gol Boaz Solossa, Indonesia akhirnya harus takluk dengan skor telak 1-7.

Duo penyerang Uruguay, Edison Cavani dan Luis Suarez, berhasil mencetak hattrick di pertandingan ini. Sedangkan satu gol tambahan Uruguay dicetak Sebastian Eguren.

Bertanding di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jumat 8 Oktober 2010, timnas Indonesia yang dibesut Alfred Riedl sempat mengejutkan lewat gol Boaz Solossa di menit 18.

Klik di sini untuk melihat gol-gol partai ini

Striker Persipura Jayapura ini berhasil memanfaatkan umpan Bambang Pamungkas sebelum akhirnya sukses menekuk Juan Guillermo Castillo. 1-0 untuk sementara Merah Putih memimpin.

Namun setelah gol Boaz, Uruguay mulai bisa memperlihatkan kualitas mereka. Ditambah lagi kondisi fisik Indonesia yang melorot setelah 30 menit pertama.

Uruguay di menit 35 menyamakan kedudukan menjadi 1-1 lewat gol Edison Cavani. Striker Napoli ini berhasil melepaskan tandukan keras yang gagal diamankan Markus.

Uruguay berbalik unggul 2-1 setelah Luis Suarez berhasil menjebol gawang Markus. Striker Ajax Amsterdam ini berhasil lepas dari tempelan Maman Abdurahman sebelum akhirnya dengan mudah menaklukkan Markus. Skor 2-1 ini bertahan hingga turun minum.

Pada babak kedua, Uruguay tampil menggila dengan menghujani gawang Markus dengan lima gol tambahan. Sebastian Eguren berhasil merubah kedudukan menjadi 3-1 setelah berhasil menyambar umpan Suarez di menit 50.

Suarez sendiri akhirnya berhasil mencetak hattrick setelah sukses menambah dua gol di menit ke-54 dan penalti di menit ke-69. Penalti diberikan setelah Cavani dilanggar Markus di kotak terlarang.

Tak mau kalah dengan tandemnya, Cavani juga menambah dua gol di menit 79 dan 83 sekaligus merubah kedudukan menjadi 7-1. Skor ini akhirnya bertahan hingga pertandingan usai. (irv)
• VIVAnews
Riedl Akui Perbedaan Kelas INA-Uruguay
Indonesia sebenarnya sempat memimpin saat melawan Uruguay lewat gol yang dicetak Boaz.
Jum'at, 8 Oktober 2010, 23:15 WIB
Irvan Beka, Haryanto Tri Wibowo
(VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis)


VIVAnews - Pelatih tim nasional Indonesia Alfred Riedl mengakui keunggulan Uruguay saat tim Merah Putih dibantai 1-7 di Stadion Utama Gelora Bung karno, Senayan, Jakarta, Jumat 8 Oktober 2010.

Indonesia sebenarnya sempat memimpin saat melawan Uruguay lewat gol yang dicetak Boaz Salossa. Namun, kondisi fisik para pemain menurun dan mudah terbaca permainannya. Alhasil Markus Horison dan kawan-kawan tumbang 1-7.

Mengomentari kekalahan Indonesia di debut pertamanya, Riedl tidak bisa berbicara banyak selain mengakui keunggulan kelas Uruguay.

"Hanya dalam lima menit pertandingan, Anda bisa lihat perbedaan kelas tim Asia Tenggara dengan kelas dunia. Laga ini terlalu cepat bagi kami. Pertandingan yang tidak 'adil' bagi kami," ujar Riedl usai pertandingan, Jumat 8 Oktober 2010.

Riedl kemudian berharap anak asuhnya memetik banyak pelajaran dari pertandingan ini. Meski pelatih asal Austria itu berkilah fisik pemainnya tidak bagus setelah berkumpul beberapa hari usai membela klubnya.

"Fisik kami genjot di babak pertama, sedangkan di babak kedua kami kedodoran. Persiapan kami juga sempit setelah beberapa pemain habis bermain di kompetisi," pungkas Riedl.

"Banyak pelajaran yang bisa kami raih dari pertandingan ini. Banyak pergerakan bola yang bisa kami pelajari, bagaimana mereka mempertahankan bola dan banyak lagi. Tapi, sekali lagi Anda melihat permainan dengan kelas yang berbeda," papar Riedl.

Sementara itu kapten Indonesia Bambang Pamungkas membenarkan pernyataan Riedl yang menilai pertandingan melawan Uruguay terlalu cepat datangnya.

"Ini pertandingan pertama dengan banyak pemain baru, pelatih baru dan sistem baru. Jadi pertandingan ini terlalu cepat bagi kami. Tapi, kami banyak belajar dari laga ini," kilah Bambang. (irv)
• VIVAnews

Jumat, 01 Oktober 2010

Sejarah TimNas Indonesia

Indonesia Berdiri: 1930
Alamat: Main Stadium Gelora Bung Karno Gate X-XI Senayan Indonesia
Telepon: (62) 21 570 4762
Faksimili: (62) 21 573 4386
Alamat E-mail: pssi@pssi-football.com
Laman Resmi: http://www.pssi-football.com/
Ketua: Drs. H.A.M Nurdin Halid
Direktur: Nugraha Besoes, SE (General Secretary)
Stadion: Gelora Bung Karno
Sejarah
Indonesia, Macan Asia Yang Tertidur

Pernah disegani di kawasan Asia, kini sepakbola Indonesia tertidur pulas.

Oleh Agung Harsya

Seiring semangat kebangsaan yang tercetus dasawarsa 1920-an, Ir. Soeratin Sosrosoegondo mendirikan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk mewadahi kegiatan sepakbola di nusantara sekaligus menjadi salah satu alat perjuangan bangsa. Tanpa inisiatif tersebut, sepakbola Indonesia tidak pernah dikenal di zaman kolonialisasi karena terkotak-kotak ke dalam berbagai bond sepakbola lokal.

PSSI mulai dikhawatirkan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Sebagai bentuk upaya menandingi kekuatan PSSI, didirikan Nederlandsh Indische Voetbal Unie (NIVU) pada 1936. Menjelang Piala Dunia Prancis 1938, dibuatlah perjanjian antara kedua pihak untuk mengirim tim perwakilan. Namun, karena tidak menghendaki bendera yang dipakai tim, Soeratin membatalkan secara sepihak perjanjian tersebut. NIVU tetap mengirimkan tim ke Prancis dengan bendera Hindia Belanda. Tim tersebut adalah perwakilan Asia pertama sepanjang sejarah Piala Dunia.

Jejak Indonesia sebagai salah satu tim yang disegani di kawasan Asia pun dimulai.

Sepakbola Indonesia memasuki periode keemasan disertai dengan sederetan pemain legendaris Merah-Putih lahir pasca-kemerdekaan, seperti antara lain Ramang, Maulwi Saelan, Suardi Arland, dan Tan Liong Houw. Pada periode yang sama, Indonesia dilatih pelatih legendaris asal Yugoslavia, Tony Pogacnik.

Nama Indonesia mulai diperhitungkan di kawasan Asia. Merah-Putih sukses menembus semi-final Asian Games Manila 1954, namun kalah 4-2 dari Taiwan. Pada partai perebutan medali perunggu, Indonesia dikalahkan Burma (sekarang Myanmar) 3-2.

Pada Olimpiade Melbourne 1956, Indonesia juga mengirimkan tim sepakbola. Di babak perempat-final, Indonesia langsung menghadapi favorit juara Uni Soviet. Setelah sempat menahan imbang 0-0, Indonesia takluk 4-0 pada partai ulangan hari berikutnya. Prestasi ini kemudian selalu disebut-sebut sebagai sejarah tertinggi sepakbola Indonesia.

Di kancah Asian Games dua tahun berikutnya di Tokyo, Indonesia kembali gugur di babak semi-final dari lawan yang sama. Kali ini Taiwan lolos ke final setelah memenangkan pertarungan 1-0. Namun, Indonesia sukses membungkus medali perunggu dengan melibas India 4-1.

Kesempatan terbaik untuk meraih medali emas muncul empat tahun kemudian ketika Asian Games digelar di Jakarta. Persiapan dilakukan dengan menyiapkan dua timnas -- satu terdiri dari pemain senior dan satu lagi dari para pemain muda. Sayangnya, ketika semangat mulai terbangun, timnas dihantam Skandal Senayan. Beberapa pemain diduga tersangkut penyuapan oleh bandar judi. Kekuatan Indonesia berkurang dan cabang sepakbola gagal total saat berlaga.

Indonesia sebenarnya juga berpeluang menembus kualifikasi Piala Dunia 1962. Setelah melewati hadangan Cina, Indonesia harus melewati Israel -- lawan yang sedang diboikot negara-negara Arab, termasuk Indonesia. Masalah politik terpaksa membendung ambisi masyarakat menyaksikan bendera Indonesia berkibar di Piala Dunia.

Hegemoni sepakbola Indonesia mulai beralih ke kawasan Asia Tenggara. Sebelum berpartisipasi dalam SEA Games 1977, Indonesia kerap berlaga di turnamen antarnegara, seperti Merdeka Games Malaysia, Piala Raja Thailand, Piala Aga Khan Bangladesh, atau President Cup Korea Selatan.

Setelah turun di pesta sepakbola Asia Tenggara itu, Indonesia harus menunggu sepuluh tahun sebelum meraih medali emas. Gol tunggal Ribut Waidi ke gawang Malaysia pada babak pertama di Senayan mengukuhkan nama Indonesia sebagai raja Asia Tenggara.

Setahun sebelumnya, Indonesia mengukir kejutan di Asian Games Seoul. Di bawah asuhan pelatih Bertje Matulapelwa, Indonesia meraih tempat keempat. Prestasi yang cukup menggembirakan itu ditambah ketika Sinyo Aliandoe mampu membawa Indonesia selangkah lebih dekat ke Piala Dunia 1986. Namun, Merah-Putih kalah tangguh dibandingkan Korea Selatan -- yang akhirnya lolos ke Meksiko.

Prestasi Indonesia mulai menukik. Usai Ferril Hattu mengapteni tim memenangi medali emas SEA Games 1991, tidak ada lagi prestasi tinggi yang diraih Merah-Putih.

Terutama ketika mulai 1999, SEA Games diikuti tim U-23. Untuk tim senior Asia Tenggara, Piala AFF -- atau dulu dikenal Piala Tigers -- menjadi ajang prestise tertinggi. Prestasi Indonesia mentok di posisi runner-up. Catatan tersebut diraih tiga kali penyelenggaraan beruntun -- 2000, 2002, dan 2004. Tidak hanya posisi nomor dua, Indonesia menuai hujatan setelah pada Piala Tigers 1998 sengaja mengalah 3-2 ketika melawan Thailand. Pertandingan itu ditandai dengan gol yang disengaja Mursyid Effendi ke gawang sendiri.

Indonesia hanya mampu mencetak kejutan-kejutan yang hanya dapat dianggap sebagai prestasi minor belaka. Empat kali berturut-turut berlaga di Piala Asia, Indonesia hampir selalu menghadirkan kejutan.

Di Uni Emirat Arab 1996, Widodo Cahyono Putro mencetak gol spektakuler yang kemudian dinobatkan sebagai gol terbaik Asia tahun yang sama. Setelah melempem di Libanon 2000, Indonesia sukses membukukan kemenangan pertama di kancah pesta sepakbola tertinggi Benua Kuning itu. Qatar ditekuk 2-1, sekaligus membuat pelatih Philippe Troussier dipecat. Pada edisi terakhir di kandang sendiri, 2007, Indonesia sempat menang 2-1 atas Bahrain. Kalah di dua pertandingan selanjutnya atas Arab Saudi dan Korea Selatan, tapi seperti dimaafkan berkat penampilan yang penuh semangat.

Animo masyarakat pun melonjak tinggi. Prestasi boleh minim, timnas tetap dicintai. Apapun, catatan tersebut tak lantas menghilangkan seretnya prestasi sepakbola Indonesia. Sudah 17 tahun lebih Indonesia tak lagi meraih gelar bergengsi. Terakhir di Piala AFF 2008, Indonesia kalah tangguh dari Thailand di babak semi-final.

Macan yang dulu mengaum lantang di Asia itu kini sedang tertidur pulas...
 

Catatan Prestasi

Piala Dunia: 1938 (babak pertama - di bawah Hindia Belanda).

ASEAN Football Federation Cup: Runner-Up: 2000, 2002, 2004.

South East Asian Games: Juara: 1987, 1991. Runner-Up: 1979, 1997.

Sumber :www.goal.com

Lima Pemain Akan Dinaturalisasi BTN

BTN sudah mengantongi lima pemain asal Belanda untuk dinaturalisasi...

Oleh Tegar Paramartha

28 Sep 2010 23:55:00

Sekjen PSSI - Nugraha Besoes (GOAL.com / Dhedhe D.)
Sekjen PSSI - Nugraha Besoes (GOAL.com / Dhedhe D.)

Hal-Hal Terkait

Perburuan Badan Tim Nasional (BTN) mencari pemain keturunan Indonesia di Belanda sudah mendapatkan hasil. Sebanyak lima pemain asing yang mempunyai darah keturunan Indonesia yang mempunyai peluang menjadi warga negara Indonesia disiapkan untuk segera dinaturalisasi.

Menurut Jawa Pos, kelima pemain itu adalah Sergio van Dijk (striker) dari Adeleide United, John van Beukering (striker) dari Go Ahead Eagles, David Ririhena (belakang) dari Top Oss, Tom Hiariej dari Groningen, dan Michael Timisela dari (gelandang) VVV Venlo.

BTN telah mengundang mereka untuk datang ke Jakarta dalam waktu dekat. Bahkan kelima pemain tersebut digadang-gadang akan bergabung dengan timnas merah putih, jika Federasi Sepakbola Belanda (KNVB) bisa bergerak cepat untuk mengirimkan berkas-berkas mereka untuk segera diproses agar mereka bisa tampil bersama timnas di laga ujicoba.

"Komposisi yang sudah ditemukan adalah dua striker, dua gelandang, dan satu pemain belakang. Mereka resmi kami undang datang ke Indonesia untuk tampil dalam laga persahabatan melawan Uruguay pada 8 Oktober mendatang. Itu juga sebagai seleksi untuk rekrutmen mereka di timnas Indonesia," kata Nugraha esoes.

Apabila kelima pemain tersebut dapat bermain di laga ujicoba timnas Indonesia, maka laga tersebut juga menjadi ajang seleksi bagi mereka. Ketua BTN, Iman Arif menegaskan bahwa kelima pemain tersebut mempunyai peluang besar untuk direkrut.

"Masih belum final, tapi besar kemungkinan lima pemain tersebut akan direkrut timnas Indonesia. Kita tunggu data-data mereka dari KNVB dalam minggu ini. Finalisasinya nanti kami umumkan pada akhir minggu," ujar Iman.

Apabila pemain-pemain tersebut lolos dari ajang seleksi masuk timnas. Maka proses naturalisasi kelimanya diusahakan menggunakan jalur khusus, yaitu dengan pertimbangan kepentingan nasional. Hal tersebut dilakukan karena, jika melalui proses naturalisasi biasa maka mereka terancam tidak dapat mengikuti piala AFF bulan Desember mendatang.

"Mereka sudah memegang paspor Belanda. Jadi, untuk naturalisasi harus melalui jalur biasa. Kalau masih di bawah 18 tahun, masih bisa diusahakan memegang dua paspor, Belanda dan Indonesia. Dengan proses naturalisasi biasa, agak sulit untuk mengejar mereka dimainkan di Piala AFF pada Desember mendatang. Makanya, kami mencoba naturalisasi dengan jalur cepat," imbuh Nugraha.

"Kami akan berjuang untuk masalah kewarganegaraan ini, agar bisa diproses dengan cepat. Kami bersandar untuk kepentingan nasional nantinya," tutup Nugraha.



sumber :www.goal.com

Uruguay Jadi Kunci Laga Uji Coba Berikutnya

Tragedi peledakan hotel Ritz Charlton tahun lalu membuat citra Indonesia merosot.

Oleh Donny Afroni

30 Sep 2010 21:18:00

Luis Suarez & Diego Forlan - Uruguay (Getty Images)
Luis Suarez & Diego Forlan - Uruguay (Getty Images)
 
Ketua Badan Tim Nasional [BTN] PSSI Iman Arif mengungkapkan, kesuksesan penyelenggaraan laga uji coba timnas senior melawan Uruguay pada 8 Oktober nanti akan memberikan pengaruh besar terhadap rencana mendatangkan tim berkualitas lainnya di masa mendatang.

Menurut Iman, bila pertandingan persahabatan nanti berjalan lancar tanpa gangguan, maka kemungkinan tim besar berkualitas datang ke Indonesia bisa terbuka lebar.

BTN dan PSSI sudah mengagendakan sejumlah laga uji coba melawan Belanda, Inggris, Amerika Serikat, dan klub MLS LA Galaxy. Namun, semuanya masih menunggu perkembangan yang terjadi di Indonesia.

“Kedatangan Uruguay ini menjadi kunci. Selanjutnya uji coba bulan November. Jika sukses, maka tim-tim itu semakin besar peluangnya datang ke Indonesia. Saya berharap pertandingan melawan Uruguay berjalan lancar,” ungkap Iman.

“Untuk mendatangkan tim berkualitas ini tidak mudah. Saya berkali-kali ditanya tentang kegagalan Manchester United ke Indonesia akibat ledakan bom. Jadi, mereka masih menunggu perkembangan lebih dulu.”

Mengenai LA Galaxy, Iman mengatakan, klub MLS itu akan diupayakan datang pada Desember nanti. Bila tim yang diperkuat David Beckham ini bisa hadir di Jakarta, maka ikut memberikan pengaruh.

“Inggris tentunya akan melihat tim Amerika Serikat itu dulu sebelum memberikan lampu hijau ke Jakarta. Jika ternyata LA Galaxy aman-aman saja, maka Inggris juga berpeluang besar datang ke Indonesia. Nantinya LA Galaxy diagendakan melawan tim Liga Selection,” imbuh Iman.


sumber :www.goal.com